Fenomena flexing atau pamer harta di media sosial kini jadi bagian dari tren anak muda. Mulai dari outfit branded, nongkrong di kafe hits, sampai liburan ke destinasi populer, semua seakan wajib dipamerkan demi eksistensi. Ditambah lagi dengan gaya hidup hedon yang semakin dianggap normal, banyak orang muda akhirnya terjebak pada pengeluaran berlebihan hanya demi terlihat “keren” di mata orang lain.
Masalahnya, gaya hidup ini sering tidak sejalan dengan kondisi finansial sebenarnya. Banyak yang rela menggunakan fasilitas pay later, kartu kredit, bahkan utang hanya untuk mempertahankan citra tersebut. Akibatnya, keuangan jadi tidak sehat dan gaji bulanan habis begitu saja tanpa tabungan maupun investasi yang berarti.
Tantangan terbesar bagi generasi muda adalah bagaimana mengimbangi tekanan sosial dengan kesadaran finansial. Flexing dan hedonisme mungkin terlihat menyenangkan sesaat, tapi dampaknya bisa panjang. Saatnya generasi muda membuktikan bahwa keren itu bukan soal pamer di media sosial, melainkan soal bagaimana pintar mengelola uang, membangun aset, dan menyiapkan masa depan yang lebih stabil.
Tips Anti Terjebak Flexing & Hedonisme
Batasi konsumsi konten pamer di media sosial agar tidak terbawa arus.
Terapkan prinsip 50-30-20, di mana 50% untuk kebutuhan, 30% keinginan, 20% tabungan/investasi.
Gunakan pay later dengan bijak atau lebih baik, hindari jika tidak benar-benar perlu.
Rayakan pencapaian dengan cara sehat, misalnya self-reward kecil yang sesuai budget.
Memperluas jaringan cabang ke semua pusat kota Indonesia
read moreMempererat hubungan baik dengan perushaan supplier alat produktif, salah satunya...
read moreMelaksanakan kegiatan peduli sesama melalui program CSR "Coorporate Social Resp...
read more